Background
عَنْ عُمَرَبْنِ اَبي سَلامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُمَا قَالَ : كُنْتُ غُلامًا ِفي ْحَجْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَكَانَتْ يَدَيَّ تَطِيْشُ فِيْ الصَّحْفَةِ, فَقَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” يَاغُلَامُ, سَمِّ اللهَ, وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ, وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ” فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِيْ بَعْدُ ( رواه البخري و مسلم )

Dari Umar bin Abi Salamah d ia berkata:”Saya adalah seorang anak kecil yang berada dalam bimbingan Rasulullah j Pernah tangan saya mengacak-acak di dalam piring, maka Rasulullah j berkata kepadaku:“Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang dekat denganmu”. Maka hal itu menjadi sifat makanku setelah itu”. ( H.R Bukhari&Muslim) Makna hadits: Nabi Muhammad j menikah dengan Ummu Salamah setelah kematian suaminya, Abu salamah, sedangkan Umar bin Abu Salamah hidup bersama ibunya di rumah Rasulullah . Pada suatu hari ada seorang anak kecil yaitu Umar, duduk dan makan bersama Nabi .Tangan anak tersebut tidak tetap pada suatu tempat dari makanan tersebut. Maka Nabi Muhammad membimbingnya dengan sebagian adab-adab ketika makan. Yang pertama: hendaklah sebelum makan dengan diawali mengucapkan “Bismillah”. Yang kedua: hendaklah makan dengan tangan kanan. Yang ketiga: makan mulai dari yang dekat dengannya dan jangan menjulurkan tangannya kepada makanan yang terletak jauh darinya. Dan sungguh Umar mengamalkan perintah Nabi dan menjadikannya sebagai kebiasaannya dalam makan.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Menyebut nama Allah diawal makan.

2. Makan dengan menggunakan tangan kanan.

3. Hendaklah seseorang makan dari makanan yang terdekat dengannya dan jangan menjulurkan tangannya pada makanan yang jauh darinya.

4. Jika hidangan/makanannya bermacam-macam maka boleh seseorang makan dari makanan yang jauh darinya.

HADITS 2

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : اَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهى اَنْ يُّتَنَفَّسَ فِيْ الإنَاءِ, أوْ يَنْفُخُ فِيْهِ ( رواه ابوداود والترمذي )

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas d, bahwasannya Nabi melarangnya agar tidak bernafas di dalam bejana/gelas atau meniup padanya.(H.R Bukhari dan Muslim) Makna hadits: Nabi Muhammad mengajarkan kepada umatnya adab-adab Islamiyah. Diantaranya, adab ketika minum. Maka Rasulullah telah melarang meniup ketika minum dan bernafas padanya. Sebab hal itu menyebabkan adanya sesuatu yang keluar dari orang yang minum pertama kali yang menjadikan orang yang akan minum setelahnya tidak suka menggunakan gelas yang baru digunakan untuk minum tadi. Sedangkan hal-hal yang keluar dari tiupan/nafas ketika minum dapat merugikan kesehatan ( karena manusia menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida Pent.).

Mutiara Faedah Hadits:

1. Tidak meniup dan bernafas ketika minum.

2. Jika hendak bernafas sedangkan dia dalam keadaan minum, hendaklah dia menjauhkan gelasnya dari mulutnya.

3. Menjauhi hal-hal yang merugikan kesehatan.

HADITS 3

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لايُقِيْمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِن مَقْعَدِهِ ثُمَّ يَجْلِسُ فِيْهِ وَلَكِنْ تَفَسَّحُوْا وَتَوَسَّعُوا ( رواه البخري و مسلم )

Dari ‘Abdullah bin Umar d. Dari Nabi beliau bersabda: “Janganlah seseorang menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya kemudian dia mendudukinya. Akan tetapi membagi sebagian tempat duduknya kepada temannya bila tempat duduknya luas”.Bergeserlah dan meluaslah kalian ( dari tempat duduk pent.) (H.R. Bukhari dan Muslim ) Makna hadits: Nabi Muhammad mengajarkan kepada umatnya tentang kemulian akhlaq. Diantaranya, adab tentang duduk. Seseorang tidak boleh menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya lalu mendudukinya. Karena hal tersebut akan memasukan kesombongan kedalam dirinya dan menghina pada orang yang disuruh berdiri dari tempat duduknya. Perbuatan tersebut juga mengandung pelanggaran hak terhadap orang lain. Akan tetapi, bila tempat duduknya sempit untuk diduduki dua orang, hendaklah mereka berbagi tempat duduk untuk duduk bersama dengan mereka. Apabila mereka tidak dapat melakukannya, maka hendaklah berbagi tempat duduk.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Barangsiapa yang lebih dahulu duduk di suatu tempat maka dia yang paling berhak duduk ditempat tersebut.

2. Tidak boleh seseorang menyuruh berdiri orang lain dari tempat duduknya kemudian dia mendudukinya.

3. Islam menyerukan syari’at untuk memuliakan orang lain.

HADITS 4

عَنْ أبِيْ سَعِيدٍ الخُدْرِىِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ, أنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:إياَّكُمْ وَالجُلُوْسَ بِالطُّرُقَاتِ ” فَقَالُوا يَارَسُوْلَ الله مَالَنَا مِنْ مَجَالِسِنَا بُدٌّ. نَتَحَدَّثُ فِيْهَا. فَقَالَ فَإذَا أبَيْتُمُ ِالا المَجَالِسَ فَأعْطُوْا الطَّرِيْقَ حَقَّهُ” فَقَالُوْا وَمَا حَقُّ الطَّرِيْقِ يَارَسُوْلَ الله ؟ قَالَ: غَضُّ البَصَرِ, وَكَفُّ الأذى, وَرَدُّ السَّلامِ, وَالأَمْرُ بِالَمعْرُفِ وَالنَّهْيُ عَنِ المُنْكَرِ ( رواه البخري و مسلم )

Dari Abu Sa’id Al-Khudri d bahwasanya Nabi Muhammad bersabda: “Jauhilah oleh kamu sekalian untuk duduk-duduk di tepi jalan,”Maka para sahabat bertanya:”Kami duduk-duduk di tepi jalan ada keperluannya. Karena kami bercakap-cakap di tepi jalan tersebut, maka Rasulullah j bersabda:”Apabila kamu sekalian tidak bisa meninggalkan untuk tidak duduk-duduk di tepi jalan, maka berikan hak jalan.”Mereka bertanya: Apa hak jalan itu ya Rasulallah? “Rasulullah j bersabda: ”Tundukan pandangan, hilangkan aral dan jangan menjadi aral, menjawab salam, dan perintahkan kepada yang ma’ruf dan cegahlah dari yang mungkar. ( Hadits Riwayat Bukhari, Muslim dan Abu Dawud ) Makna Hadits: Nabi Muhammad melarang para sahabat beliau untuk duduk-duduk di tepi jalan. Tapi para sahabat menyebutkan bahwasannya mereka tidak bisa meninggalkan duduk-duduk di tepi jalan. Sebab jalan tersebut adalah tempat mereka untuk duduk-duduk dan bercakap-cakap. Maka Nabi Muhammad memerintahkan kepada mereka ketika duduk-duduk di tepi jalan, hendaklah mereka memberikan hak jalan, yaitu:

1. Menundukan pandangan. Tidak boleh bagi orang yang duduk-duduk di tepi jalan untuk memandang sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh syari’at.

2. Meghilangkan aral. Tidak boleh bagi orang yang duduk-duduk di tepi jalan menggangu orang yang sedang lewat di jalan baik dengan perkataan ataupun perbuatan.

3. Menjawab salam. Jika seseorang memberikan salam kepada orang yang duduk-duduk maka hendaklah menjawab ”Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh.”

4. Memerintahkan kepada yang ma’ruf: Yaitu hendaklah orang yang duduk-duduk di tepi jalan memerintahkan kepada orang yang berjalan di jalan tersebut untuk mengamalkan yang baik, jika itu diperlukan.

5. Mencegah dari kemungkaran. Yaitu jika orang yang duduk-duduk di tepi jalan melihat seseorang melakukan perbuatan yang menyelisihi syari’at, maka dia harus menasehatinya dan mencegahnya dari perbuatan tersebut.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Seutama-utama manusia adalah orang yang meninggalkan duduk-duduk di tepi jalan.

2. Barang siapa yang duduk-duduk di tepi jalan, maka hendaklah menunaikan hak jalan, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas.

HADITS 5

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إلَى اْلبِرِّ وَإنَّ اْلبِرَّ يَهْدِ إلىَ الْجَنَّةِ, وَإنَّ الرَّجُلَ لَيَصدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيْقًا. وَإنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إلَى اْلفُجُوْرِ وَإنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِي إلَى النَّارِ, وَإنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابا ً ( رواه البخري و مسلم و أبو داود و الترمذي)

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud d, dari Nabi Muhammad , beliau bersabda:”Sesungguhnya kejujuran itu menunjukan pada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukan kepada surga. Dan bahwasannya seseorang yang senantiasa berkata jujur, akan dianggap sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya kebohongan menunjukan kepada kemaksiatan dan kemaksiatan menunjukan pada neraka. Dan seseorang yang terbiasa berkata bohong, maka ia akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta.” ( H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi ) Makna hadits: Kejujuran termasuk dari sifat-sifat yang terpuji, Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk senantiasa jujur di dalam kitab-Nya, Allah Yang Maha Tinggi telah berfirman: يأَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا اتَّقُوْالله وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ ( سورة التوبة 114 ) “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah dan jadilah golongan orang-orang yang jujur”. ( Q.S. At Taubah : 114 ) Dan Rasulullah menganjurkan dan menerangkan keutamaan berbuat jujur didalam banyak hadits. Dalam hadits di atas, Nabi menerangkan pada kita bahwasanya kejujuran itu membuka pintu-pintu kebaikan bagi kaum muslimin yang akan memasukkan pelakunya kedalam surga. Sedangkan orang-orang yang senantiasa berlaku jujur dalam perkataanya dan perbuatannya, maka akan dicintai oleh Allah dan manusia. Lawan dari kejujuran adalah dusta yang Allah telah melarang kita darinya. Rasulullah juga telah melarang kita darinya. Sungguh dalam hadits ini Nabi telah menjelaskan kepada kita bahwa kedustaan akan menjerumuskan pelakunya kedalam maksiat yang akan memasukan pelakunya kedalam neraka. Sedangkan orang-orang yang terbiasa melakukan perbuatan dusta, maka dia akan digolongkan sebagai orang-orang pendusta dan termasuk yang berhak mendapat siksa dari Allah. Perbuatan dusta akan menjadikan pelakunya dibenci oleh Allah dan dibenci oleh makhluk-Nya. Maka hendaklah kita beriltizam dengan kejujuran dengan menjauhi perbuatan dusta agar mendapat ridha dari Allah dan dimasukkan ke dalam surga.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Senantiasa berbuat jujur di dalam perkataan maupun perbuatan.

2. Meninggalkan perbuatan dusta walaupun sedikit.

3. Balasan bagi perbuatan orang-orang yang jujur adalah surga dan balasan bagi orang-orang yang dusta adalah neraka.

HADITS 6

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِ بِطَرِيْقِ اشَّتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشَ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيْهَا وَشَرِبَ, ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْحَثُ يَأكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ : لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِيْ كَانَ بَلَغَ بِيْ, فَنَزَلَ الْبِئرَ فَمَلأَ خُفَّهُ ثُمَّ أمْسَكَهُ بِفِيْهِ فَسَقَى الْكَلْبَ, فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ. قَالُوْا يَارَسُوْلَ الله : وَإنَّ لَنَا فِيْ الْبَهَائِمِ أجْرًا ؟ فَقَالَ : فِيْ كُلِّ ذَاتٍ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أجْرٌ ( رواه البخري و مسلم )

Dari Abu Hurairah d, bahwasannya Nabi Muhammad beliau bersabda:”Pada suatu hari ada seorang laki-laki sedang dalam perjalanan. Di tengah jalan, dia mengalami haus yang amat sangat. Maka ketika dia menemukan sumur diapun kemudian turun kedalamnya. Kemudian ketika dia keluar, dia melihat seekor anjing bernafas dengan cepat sambil mengulurkan lidah, sambil menjilati pasir karena hausnya. Maka orang tadi berkata: “sungguh anjing ini telah mengalami haus sebagaiman rasa haus yang aku alami. “Kemudian dia turun kembali ke dalam sumur dan menggunakan sepatunya serta memegangnya dengan dengan mulutnya. Setelah keluar diberikan air tersebut kepada anjing tersebut. Maka Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya. “Kemudian para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah berbuat baik kepada binatang bagi kami ada pahalanya?”Maka Rasulullah j bersabda: “Pada setiap manusia dan hewan yang padanya ada ruh dan kehidupan terdapat pahala”. (H.R. Bukhari dan Muslim ) Makna dari hadits: Nabi Muhammad menceritakan sebuah kisah tentang seseorang yang tengah dalam perjalanan. Dia mengalami rasa haus yang teramat sangat. Kemudian dia menemukan sumur, lalu dia turun kedalamnya dan meminumnya. Ketika keluar darinya dia melihat seekor anjing menjilati pasir karena rasa hausnya yang teramat sangat. Maka dia merasa iba karena anjing tersebut mengalami haus yang teramat sangat seperti kejadian yang menimpanya. Kemudian dia turun kedalam sumur dan memenuhi sepatunya dengan air karena dia tidak mendapati sesuatu yang dapat digunakan untuk mengambil air. Kemudian dia menggigit sepatunya dengan mulut agar bisa keluar dari sumur, setelah keluar diberikannya air tersebut kepada anjing tadi. Maka Allah berterima kasih padanya dan mengampuni dosa-dosanya. Ketika para sahabat mendengar kisah tersebut, maka mereka bertanya: “Apakah berbuat baik kepada hewan ada pahalanya? Maka Nabi Muhammad menjawab, bahwasannya berbuat baik pada setiap manusia maupun hewan terdapat pahala dari Allah Yang Maha Mulia.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Pahala yang besar bagi siapa saja yang memberikan air bagi yang membutuhkan

2. Pahala dapat diperoleh dengan berbuat baik kepada manusia maupun hewan.

3. Pintu kebaikan sangatlah banyak, diantaranya memudahkan urusan kaum muslimin.

HADITS 7

عَنْ أبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” أيَةُ الْمُنَافِقِيْنَ ثَلاثٌ, إِذَا حَذَثَ كَذَبَ, وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ, وَإِذَائتُمِنَ خَانَ ( رواه البخري و مسلم )

Dari Abu Hurairah d dari Nabi Muhammad beliau bersabda:”Ciri-ciri orang munafik ada tiga macam: jika bicara dusta, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khianat. ( H.R Bukhari dan Muslim) Makna hadits: Nifaq termasuk sifat-sifat yang buruk. Nifaq terbagi menjadi dua: nifaq dalam keyakinan dan nifaq dalam amal. Adapun nifaq dalam keyakinan yaitu seseorang yang menampakan keIslamannya dan menyembunyikan kekafirannya, dan manusia seperti ini kekal didalam neraka sebagaimana telah datang dalam Al-Qur’an: إنَّ الْمُنَافِقِيْنَ فِيْ الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَلَهُمْ نَصِيْرًا ( سورة النساء 145 ) “Sesungguhnya orang-orang munafik berada di dasar neraka dan tidak ada bagi mereka seorang penolongpun”. (Q.S. An Nisa : 145 ) Adapun nifaq dalam hal amal adalah seperti yang telah disebutkan oleh Nabi Muhammad j dalam hadits ini, yaitu: Yang pertama, jika mengabarkan tentang perkara agama atau dunia maka ia berdusta. Yang kedua, jika ia berjanji pada seseorang dengan sesuatu pada waktu yang akan datang, ia tidak menepati janjinya dan tidak jujur dalam perkataannya. Yang ketiga jika diberi amanat berupa harta atau selainnya yang bukan haknya, maka dia mengambilnya untuk dirinya sendiri atau melalaikannya. Jika diberi amanat tentang rahasia justru mengabarkan rahasia tersebut kepada orang lain. Sifat-sifat ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama, akan tetapi merupakan sebab menuju kekafiran. Maka wajib bagi setiap muslim untuk menjauhinya dengan sejauh-jauhnya.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Nifaq merupakan salah satu dari sifat-sifat tercela yang wajib di hindari oleh setiap muslim.

2. Barang siapa yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan dalam hadits di atas maka dia tergolong munafiq amali.

3. Kadang-kadang pada diri seorang muslim terkumpul perangai iman dan perangai kefasiqan

HADITS 8

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ” قَالَ رَجُلٌ إنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبَهُ حَسَنًا, وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ إنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ. َالْكِبْرُ : بَطَرُ الْحَقَّ وَغَمْطُ النَّاسِ ( رواه و مسلم )

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud d, dari Nabi j beliau telah bersabda:“Tidak akan masuk Surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sekecil debu.” Kemudian seorang laki-laki berkata:”Bagaimana dengan yang menyukai pakaian yang bagus, sandal yang bagus?” Maka Nabi menjawab: “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” Makna hadits: Kemuliaan/kekuasaan dan kesombongan hanya milik Allah saja maka tidak berhak bagi seorangpun untuk bersekutu bersama Allah pada keduanya. Orang yang menyombongkan diri melihat dirinya lebih besar dan lebih mulia dari orang lain. Dan kesombongan yang paling besar dan paling buruk adalah sombongnya manusia terhadap Tuhannya. Yaitu dengan menolak kebenaran, enggan untuk tawadhu serta tidak taat pada Allah. Ketika seorang sahabat mendengar apa yang disampaikan oleh Rasulullah tentang kesombongan, maka dia bertanya:”Jika seseorang menyukai pakaian yang bagus dan sandal yang bagus, apa hal ini termasuk kesombongan?”. Maka Nabi Muhammad meluruskan tentang hal tersebut dan menjelaskan bahwa hal itu semua termasuk keindahan yang dicintai oleh Allah dan bukan termasuk kesombongan. Karena yang namanya sombong adalah meremehkan orang lain dan menolak kebenaran. Kita berlindung kepada Allah dari kesombongan.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Islam mengajarkan untuk tawadhu/rendah hati.

2. Menjauhi kesombongan walaupun sedikit/kecil.

3. Islam menganjurkan untuk bersih dalam hal badan dan pakaian.

HADITS 9

عَنْ أبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ َأحَقُّ النَّاسَ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ ؟ قَالَ ” أُمُّكَ, ثُمَّ مَنْ ؟ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ, قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ ثُمَّ أَبُوْكَ ( رواه البخري و مسلم )

Dari Abu Hurairah d, dia berkata:”Telah datang seorang laki-laki menemui Rasulullah dan bertanya:”Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk saya bermuamalah/pergauli dengan baik? “Maka Rasulullah j menjawab:”Ibumu”, “Dia bertanya lagi:”Kemudian siapa lagi? “Kemudian dijawab:”Ibumu”, “Kemudian bertanya lagi:”Lalu siapa lagi? Beliau menjawab:”Ibumu”. Orang tadi bertanya lagi:”Kemudian siapa? Dan dijawab:”Kemudian bapakmu.” Makna hadits: Bagi kedua orang tua mempunyai haq yang agung atas anak-anaknya. Karena kedua orang tua adalah wasilah keberadanya dalam kehidupan ini, mengajarinya dengan susah payah dan kecapaian dalam mendidiknya, melindunginya serta memeliharanya sejak anak-anak hingga dewasa. Allah telah menghubungkan hak-hak keduanya dengan hak-hak Allah sebagaimana dalam firman-Nya : وَقَضى رَبُّكَ ألا تَعْبُدُوْا إلا إيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ( سورة الإسراء 23 ) “Dan Tuhanmu telah menetapkan agar kamu sekalian hanya beribadah kepada Allah saja, dan terhadap kedua orang tua hendaklah berbuat baik” ( Surat Al-Isra’ : 23 ) Maka dari itu, ketika datang seorang laki-laki kepada Rasulullah dan bertanya tentang manusia yang paling berhak dipergauli dengan baik, maka Beliau menjawab dengan sabdanya: “Ibumu”, Beliau mengulangi hal itu sampai tiga kali untuk menegaskan bahwa hak ibu sangat besar sekali. Dan bersabda pada kali keempatnya. “Kemudian bapakmu.” ini menunjukan bahwa kedua orang tua mempunyai hak yang sangat besar atas anak-anaknya.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Manusia yang paling berhak diantara manusia untuk memperoleh kebaikan adalah ibu kemudian bapak.

2. Anjuran untuk berbuat baik kepada orang-orang yang dekat.

3. Berikan kepada setiap orang haknya. Dan memuliakannya sesuai dengan kedudukannya.

HADITS 10

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرُو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا , أَنَّهُ ذَبَحَ شَاةً. فَقَالَ : أَهْدَيْتُمُ لِجَارِيَ الْيَهُوْدِيُ ؟ فَإِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَازَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ إِنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ (رواه أبو داود )

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr d, bahwasanya Dia pernah menyembelih domba, maka Dia berkata kepada keluarganya: ”Apakah kamu sekalian telah memberikan daging kepada tetangga kita yang seorang Yahudi? Karena saya pernah mendengar Rasulullah j bersabda: “Jibril senantiasa menasehatiku tentang bertetangga, sampai-sampai Saya mengira bahwasannya tetangga berhak mendapatkan waris.” (H.R. Abu Dawud ) Makna hadits: ‘Abdullah bin ‘Amr mempunyai seorang tetangga Yahudi dan pada suatu hari ‘Abdullah bin ‘Amr menyembelih domba untuk keluarganya untuk dinikmati dagingnya. Ketika keluarganya mengambil daging, ‘Abdullah bin ‘Amr bertanya kepada mereka: “Apakah kamu sekalian telah memberikan sebagian daging kepada tetangga Yahudi, kita tahu bahwasannya Allah telah menjadikan hak yang besar untuk tetangga. Oleh karenanya, Allah mengutus malaikat Jibril -‘Alaihis Salam- kepada Nabi Muhammad j untuk menasehatinya agar memuliakan tetangganya dan menaruh perhatian padanya. Dan senantiasa Jibril terus menerus menasehati Nabi Muhammad agar mengokohkan baginya hak yang besar terhadap seorang tetangga. Sampai-sampai Nabi Muhammad mengira bahwasannya Jibril akan menasehati beliau bahwa tetangga tersebut mendapatkan sebagian harta dari tetangga lainnya yang meninggal. Seolah-olah dia termasuk kerabat dekatnya. Dan ini menunjukan bahwa hak seorang tetangga kepada tetangga lainya sangat besar, walaupun bukan muslim.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Islam memberkati dan mengokohkan hak seorang tetangga....

2. Setiap tetangga mempunyai hak walaupun bukan muslim....

3. Hadiah merupakan sebab tumbuhnya kasih sayang diantara manusia..
Sebuah cerita yang menarik.. Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam. Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampong tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Mula mula ia keberatan, namun karena desakan akhirnya pemuda itu pun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk. Di saat itu, si pendeta agak terbeliak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak bergerak dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergerak dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, "Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya. " Barulah pemuda ini beranjak keluar. Di ambang pintu, pemuda bertanya kepada sang pendeta, "Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun, pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memalukan pemuda tersebut dan sekaligus mengukuhkan ugamanya. Pemuda muslim itupun menerima tentangan debat tersebut. Pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat."Si pemuda tersenyum dan berkata, "Silakan! Sang pendeta pun mulai bertanya, "
  1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
  2. dua yang tiada tiganya,
  3. tiga yang tiada empatnya,
  4. empat yang tiada limanya,
  5. lima yang tiada enamnya,
  6. enam yang tiada tujuhnya,
  7. tujuh yang tiada delapannya,
  8. delapan yang tiada sembilannya,
  9. sembilan yang tiada sepuluhnya,
  10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
  11. sebelas yang tiada dua belasnya,
  12. dua belas yang tiada tiga belasnya,
  13. tiga belas yang tiada empat belasnya.
  14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
  15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
  16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
  17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
  18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
  19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
  20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
  21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
  22. Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"
Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu tersenyum dengan keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia berkata,
  1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
  2. Dua yang tiada tiganya ialah Malam dan Siang. Allah SWT berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)." (Al-Isra': 12).
  3. Tiga yang tiada empatnya adalah kesilapan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.
  4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.
  5. Lima yang tiada enamnya ialah Solat lima waktu.
  6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah Hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.
  7. Tujuh yang tiada delapannya ialah Langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk: 3).
  8. Delapan yang tiada sembilannya ialah Malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman, "Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat men-junjung 'Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).
  9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa yaitu: tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang. Dan bukti-bukti itu ialah angin taufan, belalang, kutu, katak, darah, tongkat, tangan, belah laut, memayungi mereka dengan awan, al-man, al-salwa, batu hingga yang lain daripada tanda kekuasaan Allah yang mereka saksikannya.
  10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah Kebaikan. Allah SWT berfirman, "Barang siapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al-An'am: 160).
  11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah Saudara-Saudara Nabi Yusuf.
  12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah Mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).
  13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah Saudara Nabi Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
  14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Subuh. Allah SWT ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing." (At-Takwir: 18).
  15. Kuburan yang membawa isinya adalah Ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
  16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Nabi Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, " tak ada cercaan terhadap kamu semua." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yusuf:98)
  17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara Keledai. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai." (Luqman: 19).
  18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapa dan ibu adalah Nabi Adam, Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.
  19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (Al-Anbiya':69).
  20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah Unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentera bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
  21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah Tipu Daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).
  22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah Tahun, Ranting adalah Bulan, Daun adalah Hari dan Buahnya adalah Solat yang lima waktu, Tiga dikerjakan di malam hari dan Dua di siang hari.
Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawapan pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pun mula hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh pendeta. Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?" Mendengar pertanyaan itu lidah pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rupa wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekuatirannya, namun tidak berhasil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia cuba mengelak. Mereka berkata, "Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberi cuma satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!" Pendeta tersebut berkata, "Sesungguh aku tahu jawapan nya, namun aku takut kalian marah." Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda." Pendeta pun berkata, "Jawabannya ialah: Asyhadu An La Ilaha Illallah Wa Aasyhadu Anna Muhammadar Rasulullah." Lantas pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu terus memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.

Saya sama sekali tidak tahu kalau ternyata kartun juga mempunyai kaitan dengan kaligrafi.
Suatu hari teman saya Wahyu Kokkang, kartunis di koran Jawa Pos, bilang bahwa di negara yang mengenal kaligrafi rata-rata mempunyai kartunis-kartunis andal. “Sebut saja, Iran, Syiria, Kuwait, Turki, mereka mempunyai kartunis-kartunis hebat,” katanya.
Kemudian dia menganalisis, bahwa memang ada kaitan dengan kaligrafi dan kartun. “Kaligrafi yang ditulis manual itu mungkin membuat tangan menjadi gemulai, sehingga dalam menggambar pun juga terasah.”
Kalau saya analisa, memang ada benarnya. Beberapa karikatur-karikatur yang termuat di majalah timur tengah rata-rata mempunyai gambar yang bagus. Tidak hanya itu, ide mereka dalam membuat karikatur juga cemerlang. Sebut saja Iran, kerap mempertontonkan karikatur yang menyentil Amerika.
Kaligrafi dan kartun, meski bukan seni yang sama keduanya membutuhkan keterampilan tangan dalam membuat coretan. “Orang Jawa rata-rata juga bagus dalam membuat kartun,” kata teman saya itu. Karena tradisi menulis huruf Jawa sama halnya menulis huruf-huruf kaligrafi.
Beberapa waktu lalu, ketika diadakan Giza Cartoon, teman saya juga mengirimkan beberapa karyanya. Namun sayang, karikatur buatannya masih kalah dengan kartunis lain. Peserta Indonesia, hanya menempati juara dua.
Selain kaligrafi murni, dalam dunia kaligrafi juga mengenal lukis kaligrafi. Meski terkesan mendikotomi, lukis kaligrafi tidak lebih hanya sebuah perkembangan media yang tidak hanya “terpenjara” di atas kertas. Tidak hanya di tanah air, lukisan di Timur Tengah juga telah banyak mengambil objek-objek huruf sebagai bagian yang utama.
Lukis kaligrafi adalah sebuah lukisan dengan mengambil objek huruf-huruf Arab. Biasanya mengambil ayat-ayat Alquran maupun hadist yang diiringi background seirama. Kadang objek kaligrafi hanya sebagai pelengkap, dan kadang merupakan kaligrafi berhias sebuah objek. Tidak bisa diproporsikan persentase objek kaligrafi dan lukis itu. Ketika sebuah lukisan ada objek huruf arab yang merangkai kalimat ayat maupun hadist, maka lukisan tersebut bisa dikatakan lukis kaligrafi.
Seperti “Samudra Fatihah” yang pernah dilukis oleh Didin Sirajuddin misalnya, kaligrafi surat Alfatihah dilukis dengan sebuah objek samudra. Di sinilah letak saling mendukung antara kaligrafi dengan objek nlukisan. Seolah keduanya merupakan fondasi keindahan sebuah objek yang dihasilkan.
Lukis kaligrafi pun bisa menerapkan kaligrafi murni. Seperti Didin Sirajuddin misalnya, kerap menerapkan kaligrafi murni dalam media lukisnya. Lain halnya dengan Amang Rahman misalnya, beliau sudah terkenal dengan lukisan batiknya. Amang Rahman melukis kaligrafi dengan tanpa memperhatikan kaidah baku kaligrafi yang diterapkan Hasyim Muhammad.
Di tanah air, banyak “aliran” lukis kaligrafi terkenal. Seperti A.D. Pirous, Amang Rahman, dan masih banyak yang lainnya. Seolah memiliki “trade mark” tersendiri, satu dengan yang lainnya mempunyai karakter berbeda ketika membuat sebuah lukisan kaligrafi.
Di luar negeri, khususnya di Timur Tengah, lukis kaligrafi merupakan bagian dari kaligrafi kontemporer. Biasanya, kaligrafi jenis ini menampilkan objek-objek huruf yang tidak “terpatok” pada arti. Namun huruf bisa berdiri sendiri.
Lukis kaligrafi memiliki keunikan tersendiri karena seni lukis dan bentuk huruf saling melengkapi. Dan, lengkaplah keindahan tertanam dalam sebuah objek lukisan.
kaidah kaligrafi arab
kaidah kaligrafi arab
Istilah ini muncul tidak lepas dari perkembangan kaligrafi kontemporer, di mana huruf bukan menjadi sesuatu yang utama, tetapi juga keindahan yang merupakan unsur dari kaligrafi itu sendiri. Kaligrafi pada awalnya merupakan seni memadukan huruf dengan jenis tertentu sesuai dengan kaidah akhirnya “keluar jalur” tanpa memedulikan kaidah baku. Nah, yang tetap mengikuti kaidah baku –sesuai dengan jenis kaligrafi “yang diakui”– kemudian dinamai kaligrafi murni.
Seolah merupakan kaidah baku, kaligrafi murni tidak boleh keluar dari jalur penulisan: bagaimana bentuk huruf, torehan, maupun ketepatan dalam sapuan. Jenis-jenis kaligrafi juga telah diklasifikasi. Penggunaannya tidak boleh bercampur satu dengan yang lain.
Kaligrafer murni “terakhir” Hasyim Muhammad Al Khattahath menerapkan kaidah kaligrafi dalam sebuah buku panduan yang cukup terkenal bernama Qawaidul Khath Alarabiy. Buku ini beredar luas di Timur Tengah, akhirnya sampai di pondok pesantren di Indonesia. Tidak banyak yang memiliki, hanya orang-orang tertentu yang mempunyai akses ke luar negeri –khususnya Timur Tengah– yang mempunyai buku aslinya.
Di pondok pesantren, buku kaidah ini cukup terkenal. Seperti di Pondok Pesantren Modern Darussalam, Gontor, misalnya, karya monumental itu dicetak kembali secara internal dan di pelajari oleh para santri yang tergabung di Aklam, Assosiasi Kaligrafer Darussalam, kelompok belajar kaligrafi. Di Pondok Pesantren Attanwir –yang terletak di Talun, Bojonegoro– juga ada Asskar, Assosiasi Kaligrafer Attanwir.
Banyak sekali sanggar-sanggar kaligrafi yang mengajarkan khat murni. Namun banyak pula yang akhirnya “keluar jalur” setelah “bosan” mempelajari kaidah-kaidah yang “kaku”. Ada juga yang “frustrasi” karena tidak bisa menorehkan huruf-huruf dengan “benar”, akhirnya “semaunya sendiri.”
Anda pilih ikut mana?

Huruf

inilah kaidah huruf yang terukur
inilah kaidah huruf yang terukur
Awalnya adalah coretan, kemudian mengalami pergeseran. Huruf timbul setelah evolusi simbol. Bukan lagi spesifik, tapi bisa dirangkai menjadi bermacam-macam “kalimat”. Ketika huruf-huruf di blog ini terangkai, tentu Anda kemudian bisa membaca. Tanpa huruf, mustahil “kalimat” saya bisa tersampaikan.
Namun tidak sesederhana itu akhirnya. Meskipun huruf sudah “ditemukan”, akhirnya menemukan ruang untuk mempercantik bentuk. Dari sanalah muncul bermacam-macam corak, meskipun hurufnya sama. Dalam kaligrafi juga demikian. Ada bermacam-macam corak, sebagaimana huruf-huruf mutakhir yang sudah dirumuskan oleh program komputer: font.
Ada times, arial, serif, dan lain sebagainya. Masing-masing jenis mempunyai keluarga sendiri-sendiri yang memiliki kemiripan. Seperti arial dan helvetica misalnya, keduanya tampak mirip satu dengan yang lain meskipun keduanya berbeda.
Huruf “H” tanpa terangkai dengan “uruf” bukanlah apa-apa. Kecuali memang dimaksudkan untuk membuat seseorang bertanya-tanya.
Kalimat “Jangan buang sampah sembarangan” misalnya, yang tertulis di sebuah halaman sekolahan akhirnya menjadi penyampai bahwa di halaman tersebut seseorang dilarang membuang sampah seenaknya sendiri. Yang bisa membaca mudah mengerti. Yang belum, perlu “dipertanyakan lagi”.
Huruf menggantikan simbol yang memiliki bermacam-macam makna. Huruf menyampaikan bahasa.
Setelah melewati fungsi huruf, bentuk menjadi bagian lain yang memperkuat penyampaian. Jenis satu dengan yang lain mempunyai karakter berbeda. “Jangan buang sampah sembarangan” tertulis arial, mudah dibaca, bukan dengan huruf latin yang mempunyai karakter lembut.
Huruf arab jenis kufi misalnya, memiliki karakter kotak-kotak (kubisme) yang memberi kesan kokoh. Kelenturan diwani, dan goresan farisi memberi keluwesan dalam menyampaikan makna dalam tulisan. Dari keperluan fungsi penyampaian akhirnya muncul bermacam-macam bentuk dan gaya.
Dalam buku Ekspresi Seni Kaligrafi karangan Aklaman disebutkan, bahwa perkembangan kaligrafi dalam Islam sejak awal menunjukkan keeratan dengan Alquran. Hal itu mengingat bahwa semangat kaligrafi juga merupakan semangat melestarikan Alquran. Bahkan, Alquran ditulis dengan kaligrafi elok dengan ukiran emas.
Kaligrafi mempunyai makna-makna yang sangat kompleks seperti yang ditunjukkan oleh naskah yang ditulis Attauhidi, seorang penulis besar zaman Abbasiyah.
Nilai-nilai tersebut adalah: Pertama, kaligrafi dianggap sebagai refleksi kebijaksanaan dan kualitas kesempurnaan manusia. Gaya dalam kaligrafi merupakan citra intelek yang mewujud dalam bentuk. Ini dicatat Attauhidi dalam beberapa pernyataan yang disebutkan pada risalahnya. Misalnya, di sana disebutkan:
Abbas berkata: tulisan tangan adalah lidah tangan. Gaya adalah indahnya intelek. Intelek adalah lidah bagi bagusnya kualitas dan tindakan. Dan bagusnya kualitas dan tindakan adalah kesempurnaan manusia.
Atau misalnya lagi dikatakan,
“Qalam adalah kebijaksanaan yang utama. Tulisan tangan adalah keutamaan qalam. Gagasan adalah karunia yang indah dan intelek, dan eloknya gaya adalah hiasan bagi seluruhnya itu.”
Kedua, kaligrafi juga dianggap sebagai intelek –yang juga disebut beberapa kali– seperti yang disebutkan Hisyam bin Al Ahkam:
Tulisan tangan adalah perhiasan yang ditampakkan oleh tangan dari emas murni intelek. Ia juga adalah kain sutera yang ditenun oleh qalam dengan benang kepiawaian.
Sementara itu, Bisyr ibn Al Mu’tamir berkata:
“Batin adalah tambang, intelek adalah mineral yang mulia, lidah adalah pekerja tambang, qalam adalah tukang emas, dan tulisan tangan adalah benda perhiasan yang telah jadi.”
Ketiga, kaligrafi di pihak lain merupakan perpaduan antara pikiran dan perasaan, kualitas intelek dan intuisi. Abdul Dulaf Al’Ijli misalnya pernah berkata,
“Qalam adalah tukang emas perkataan. Ia mencairkan dan mengungkap isi hati, dan menampakkan batang-batang bagian tubuh di mana pikiran dan perasaan bermuara.”
An Namari suatu saat berkata,
“Qalam dan hewan-hewan beban bagi akal, kurir bagi fakultas-fakulas alamiah dan bagian tubuh yang utama di mana pikiran dan perasaan bermuara.”
egala puji Bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad r. Dalam tulisan ini akan kami kemukakan cara termudah untuk menghafalkan al quran. Keistimewaan teori ini adalah kuatnya hafalan yang akan diperoleh seseorang disertai cepatnya waktu yang ditempuh untuk mengkhatamkan al-Quran. Teori ini sangat mudah untuk di praktekan dan insya Allah akan sangat membantu bagi siapa saja yang ingin menghafalnya. Disini akan kami bawakan contoh praktis dalam mempraktekannya:
Misalnya saja jika anda ingin menghafalkan surat an-nisa, maka anda bisa mengikuti teori berikut ini:
1- Bacalah ayat pertama 20 kali:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {1}
2- Bacalah ayat kedua 20 kali:
وَءَاتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا {2}
3- Bacalah ayat ketiga 20 kali:
وَإِنْ خِفْتُمْ أّلاَّتُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانكِحُوا مَاطَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّتَعُولُوا {3}
4- Bacalah ayat keempat 20 kali:
وَءَاتُوا النِّسَآءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَىْءٍ مِّنْهُ نَفَسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِيئًا {4}
5- Kemudian membaca 4 ayat diatas dari awal hingga akhir menggabungkannya sebanyak 20 kali.
6- Bacalah ayat kelima 20 kali:
وَلاَتُؤْتُوا السُّفَهَآءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {5}
7- Bacalah ayat keenam 20 kali:
وَابْتَلُوا الْيَتَامَى حَتَّى إِذَابَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ ءَانَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَأْكُلُوهَآ إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَن يَكْبَرُوا وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهَدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللهِ حَسِيبًا {6}
8- Bacalah ayat ketujuh 20 kali:
لِّلرِّجَالِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا {7}
9- Bacalah ayat kedelapan 20 kali:
وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُوْلُوا الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ فَارْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {8}
10- Kemudian membaca ayat ke 5 hingga ayat ke 8 untuk menggabungkannya sebanyak 20 kali.
11- Bacalah ayat ke 1 hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.
Demikian seterusnya hingga selesai seluruh al Quran, dan jangan sampai menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, agar tidak berat bagi anda untuk mengulang dan menjaganya.
- BAGAIMANA CARA MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA?
Jika anda ingin menambah hafalan baru pada hari berikutnya, maka sebelum menambah dengan hafalan baru, maka anda harus membaca hafalan lama dari ayat pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali juga hal ini supaya hafalan tersebut kokoh dan kuat dalam ingatan anda, kemudian anda memulai hafalan baru dengan cara yang sama seperti yang anda lakukan ketika menghafal ayat-ayat sebelumnya.
- BAGIMANA CARA MENGGABUNG ANTARA MENGULANG (MURAJA'AH) DAN MENAMBAH HAFALAN BARU?
Jangan sekali-kali anda menambah hafalan tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya, karena jika anda menghafal al quran terus-menerus tanpa mengulangnya terlebih dahulu hingga bisa menyelesaikan semua al quran, kemudian anda ingin mengulangnya dari awal niscaya hal itu akan terasa berat sekali, karena secara tidak disadari anda akan banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal dan seolah-olah menghafal dari nol, oleh karena itu cara yang paling baik dalam meghafal al quran adalah dengan mengumpulkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Anda bisa membagi seluruh mushaf menjadi tiga bagian, setiap 10 juz menjadi satu bagian, jika anda dalam sehari menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga anda dapat menyelesaikan sepuluh juz, jika anda telah menyelesaikan sepuluh juz maka berhentilah selama satu bulan penuh untuk mengulang yang telah dihafal dengan cara setiap hari anda mengulang sebanyak delapan halaman.
Setelah satu bulan anda mengulang hafalan, anda mulai kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, dan mengulang setiap harinya 8 halaman sehingga anda bisa menyelesaikan 20 juz, jika anda telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulang, setiap hari anda harus mengulang 8 halaman, jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah enghafal kembali setiap harinya satu atau dua halaman tergantung kemampuan dan setiap harinya mengulang apa yang telah dihafal sebanyak 8 lembar, hingga anda bisa menyelesaikan seluruh al-qur an.
Jika anda telah menyelesaikan 30 juz, ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan setiap harinya setengah juz, kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya juga setiap harinya diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama, kemudian pindahlah untuk mengulang sepuluh juz terakhir dengan cara yang hampir sama, yaitu setiapharinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.
- BAGAIMANA CARA MENGULANG AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH MENYELESAIKAN MURAJAAH DIATAS?
Mulailah mengulang al-qur an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulangnya 3 kali dalam sehari, dengan demikian maka anda akan bisa mengkhatamkan al-Quran setiap dua minggu sekali.
Dengan cara ini maka dalam jangka satu tahun insya Allah anda telah mutqin (kokoh) dalam menghafal al qur an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun.
- APA YANG DILAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL QUR AN SELAMA SATU TAHUN?
Setelah menguasai hafalan dan mengulangnya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, jadikanlah al qur an sebagai wirid harian anda hingga akhir hayat, karena itulah yang dilakukan oleh Nabi r semasa hidupnya, beliau membagi al qur an menjadi tujuh bagian dan setiap harinya beliau mengulang setiap bagian tersebut, sehingga beliau mengkhatamkan al-quran setiap 7 hari sekali.
Aus bin Huzaifah rahimahullah; aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah bagiamana cara mereka membagi al qur an untuk dijadikan wirid harian? Mereka menjawab: "kami kelompokan menjadi 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, dan wirid mufashal dari surat qaaf hingga khatam ( al Qur an)". (HR. Ahmad).
Jadi mereka membagi wiridnya sebagai berikut:
- Hari pertama: membaca surat "al fatihah" hingga akhir surat "an-nisa",
- Hari kedua: dari surat "al maidah" hingga akhir surat "at-taubah",
- Hari ketiga: dari surat "yunus" hingga akhir surat "an-nahl",
- Hari keempat: dari surat "al isra" hingga akhir surat "al furqan",
- Hari kelima: dari surat "asy syu'ara" hingga akhir surat "yaasin",
- Hari keenam: dari surat "ash-shafat" hingga akhir surat "al hujurat",
- Hari ketujuh: dari surat "qaaf" hingga akhir surat "an-naas".
Para ulama menyingkat wirid nabi dengan al-Qur an menjadi kata: " Fami bisyauqin ( فمي بشوق ) ", dari masing-masing huruf tersebut menjadi symbol dari surat yang dijadikan wirid Nabi pada setiap harinya maka:
- huruf "fa" symbol dari surat "al fatihah", sebagai awal wirid beliau hari pertama,
- huruf "mim" symbol dari surat "al maidah", sebagai awal wirid beliau hari kedua,
- huruf "ya" symbol dari surat "yunus", sebagai wirid beliau hari ketiga,
- huruf "ba" symbol dari surat "bani israil (nama lain dari surat al isra)", sebagai wirid beliau hari keempat,
- huruf "syin" symbol dari surat "asy syu'ara", sebagai awal wirid beliau hari kelima,
- huruf "wau" symbol dari surat "wa shafaat", sebagai awal wirid beliau hari keenam,
- huruf "qaaf" symbol dari surat "qaaf", sebagai awal wirid beliau hari ketujuh hingga akhir surat "an-nas".
Adapun pembagian hizib yang ada pada al-qur an sekarang ini tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.
- BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (MIRIP) DALAM AL-QUR AN?
Cara terbaik untuk membedakan antara bacaan yang hampir sama (mutasyabih) adalah dengan cara membuka mushaf lalu bandingkan antara kedua ayat tersebut dan cermatilah perbedaan antara keduanya, kemudian buatlah tanda yang bisa untuk membedakan antara keduanya, dan ketika anda melakukan murajaah hafalan perhatikan perbedaan tersebut dan ulangilah secara terus menerus sehingga anda bisa mengingatnya dengan baik dan hafalan anda menjadi kuat (mutqin).
- KAIDAH DAN KETENTUAN MENGHAFAL:
1- Anda harus menghafal melalui seorang guru atau syekh yang bisa membenarkan bacaan anda jika salah.
2- Hafalkanlah setiap hari sebanyak 2 halaman, 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib, dengan cara ini insya Allah anda akan bisa menghafal al-qur an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun, akan tetapi jika anda memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka anda akan sulit untuk menjaga dan memantapkannya, sehingga hafalan anda akan menjadi lemah dan banyak yang dilupakan.
3- Hafalkanlah mulai dari surat an-nas hingga surat al baqarah (membalik urutan al Qur an), karena hal itu lebih mudah.
4- Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf tertentu baik dalam cetakan maupun bentuknya, hal itu agar lebih mudah untuk menguatkan hafalan dan agar lebih mudah mengingat setiap ayatnya serta permulaan dan akhir setiap halamannya.
5- Setiap yang menghafalkan al-quran pada 2 tahun pertama biasanya akan mudah hilang apa yang telah ia hafalkan, masa ini disebut masa "tajmi'" (pengumpulan hafalan), maka jangan bersedih karena sulitnya mengulang atau banyak kelirunya dalam hafalan, ini merupakan masa cobaan bagi para penghafal al-qur an, dan ini adalah masa yang rentan dan bisa menjadi pintu syetan untuk menggoda dan berusaha untuk menghentikan dari menghafal, maka jangan pedulikan godaannya dan teruslah menghafal, karena meghafal al-quran merupakan harta yang sangat berharga dan tidak tidak diberikan kecuali kepada orag yang dikaruniai Allah swt, akhirnya kita memohon kepada-Nya agar termasuk menjadi hamba-hamba-Nya yang diberi taufiq untuk menghafal dan mengamalkan kitabNya dan mengikuti sunnah nabi-Nya dalam kehidupan yang fana ini. Amin ya rabal 'alamin.