Background
عَنْ عُمَرَبْنِ اَبي سَلامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُمَا قَالَ : كُنْتُ غُلامًا ِفي ْحَجْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, وَكَانَتْ يَدَيَّ تَطِيْشُ فِيْ الصَّحْفَةِ, فَقَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” يَاغُلَامُ, سَمِّ اللهَ, وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ, وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ” فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِيْ بَعْدُ ( رواه البخري و مسلم )

Dari Umar bin Abi Salamah d ia berkata:”Saya adalah seorang anak kecil yang berada dalam bimbingan Rasulullah j Pernah tangan saya mengacak-acak di dalam piring, maka Rasulullah j berkata kepadaku:“Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang dekat denganmu”. Maka hal itu menjadi sifat makanku setelah itu”. ( H.R Bukhari&Muslim) Makna hadits: Nabi Muhammad j menikah dengan Ummu Salamah setelah kematian suaminya, Abu salamah, sedangkan Umar bin Abu Salamah hidup bersama ibunya di rumah Rasulullah . Pada suatu hari ada seorang anak kecil yaitu Umar, duduk dan makan bersama Nabi .Tangan anak tersebut tidak tetap pada suatu tempat dari makanan tersebut. Maka Nabi Muhammad membimbingnya dengan sebagian adab-adab ketika makan. Yang pertama: hendaklah sebelum makan dengan diawali mengucapkan “Bismillah”. Yang kedua: hendaklah makan dengan tangan kanan. Yang ketiga: makan mulai dari yang dekat dengannya dan jangan menjulurkan tangannya kepada makanan yang terletak jauh darinya. Dan sungguh Umar mengamalkan perintah Nabi dan menjadikannya sebagai kebiasaannya dalam makan.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Menyebut nama Allah diawal makan.

2. Makan dengan menggunakan tangan kanan.

3. Hendaklah seseorang makan dari makanan yang terdekat dengannya dan jangan menjulurkan tangannya pada makanan yang jauh darinya.

4. Jika hidangan/makanannya bermacam-macam maka boleh seseorang makan dari makanan yang jauh darinya.

HADITS 2

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : اَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهى اَنْ يُّتَنَفَّسَ فِيْ الإنَاءِ, أوْ يَنْفُخُ فِيْهِ ( رواه ابوداود والترمذي )

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas d, bahwasannya Nabi melarangnya agar tidak bernafas di dalam bejana/gelas atau meniup padanya.(H.R Bukhari dan Muslim) Makna hadits: Nabi Muhammad mengajarkan kepada umatnya adab-adab Islamiyah. Diantaranya, adab ketika minum. Maka Rasulullah telah melarang meniup ketika minum dan bernafas padanya. Sebab hal itu menyebabkan adanya sesuatu yang keluar dari orang yang minum pertama kali yang menjadikan orang yang akan minum setelahnya tidak suka menggunakan gelas yang baru digunakan untuk minum tadi. Sedangkan hal-hal yang keluar dari tiupan/nafas ketika minum dapat merugikan kesehatan ( karena manusia menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida Pent.).

Mutiara Faedah Hadits:

1. Tidak meniup dan bernafas ketika minum.

2. Jika hendak bernafas sedangkan dia dalam keadaan minum, hendaklah dia menjauhkan gelasnya dari mulutnya.

3. Menjauhi hal-hal yang merugikan kesehatan.

HADITS 3

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لايُقِيْمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِن مَقْعَدِهِ ثُمَّ يَجْلِسُ فِيْهِ وَلَكِنْ تَفَسَّحُوْا وَتَوَسَّعُوا ( رواه البخري و مسلم )

Dari ‘Abdullah bin Umar d. Dari Nabi beliau bersabda: “Janganlah seseorang menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya kemudian dia mendudukinya. Akan tetapi membagi sebagian tempat duduknya kepada temannya bila tempat duduknya luas”.Bergeserlah dan meluaslah kalian ( dari tempat duduk pent.) (H.R. Bukhari dan Muslim ) Makna hadits: Nabi Muhammad mengajarkan kepada umatnya tentang kemulian akhlaq. Diantaranya, adab tentang duduk. Seseorang tidak boleh menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya lalu mendudukinya. Karena hal tersebut akan memasukan kesombongan kedalam dirinya dan menghina pada orang yang disuruh berdiri dari tempat duduknya. Perbuatan tersebut juga mengandung pelanggaran hak terhadap orang lain. Akan tetapi, bila tempat duduknya sempit untuk diduduki dua orang, hendaklah mereka berbagi tempat duduk untuk duduk bersama dengan mereka. Apabila mereka tidak dapat melakukannya, maka hendaklah berbagi tempat duduk.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Barangsiapa yang lebih dahulu duduk di suatu tempat maka dia yang paling berhak duduk ditempat tersebut.

2. Tidak boleh seseorang menyuruh berdiri orang lain dari tempat duduknya kemudian dia mendudukinya.

3. Islam menyerukan syari’at untuk memuliakan orang lain.

HADITS 4

عَنْ أبِيْ سَعِيدٍ الخُدْرِىِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ, أنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:إياَّكُمْ وَالجُلُوْسَ بِالطُّرُقَاتِ ” فَقَالُوا يَارَسُوْلَ الله مَالَنَا مِنْ مَجَالِسِنَا بُدٌّ. نَتَحَدَّثُ فِيْهَا. فَقَالَ فَإذَا أبَيْتُمُ ِالا المَجَالِسَ فَأعْطُوْا الطَّرِيْقَ حَقَّهُ” فَقَالُوْا وَمَا حَقُّ الطَّرِيْقِ يَارَسُوْلَ الله ؟ قَالَ: غَضُّ البَصَرِ, وَكَفُّ الأذى, وَرَدُّ السَّلامِ, وَالأَمْرُ بِالَمعْرُفِ وَالنَّهْيُ عَنِ المُنْكَرِ ( رواه البخري و مسلم )

Dari Abu Sa’id Al-Khudri d bahwasanya Nabi Muhammad bersabda: “Jauhilah oleh kamu sekalian untuk duduk-duduk di tepi jalan,”Maka para sahabat bertanya:”Kami duduk-duduk di tepi jalan ada keperluannya. Karena kami bercakap-cakap di tepi jalan tersebut, maka Rasulullah j bersabda:”Apabila kamu sekalian tidak bisa meninggalkan untuk tidak duduk-duduk di tepi jalan, maka berikan hak jalan.”Mereka bertanya: Apa hak jalan itu ya Rasulallah? “Rasulullah j bersabda: ”Tundukan pandangan, hilangkan aral dan jangan menjadi aral, menjawab salam, dan perintahkan kepada yang ma’ruf dan cegahlah dari yang mungkar. ( Hadits Riwayat Bukhari, Muslim dan Abu Dawud ) Makna Hadits: Nabi Muhammad melarang para sahabat beliau untuk duduk-duduk di tepi jalan. Tapi para sahabat menyebutkan bahwasannya mereka tidak bisa meninggalkan duduk-duduk di tepi jalan. Sebab jalan tersebut adalah tempat mereka untuk duduk-duduk dan bercakap-cakap. Maka Nabi Muhammad memerintahkan kepada mereka ketika duduk-duduk di tepi jalan, hendaklah mereka memberikan hak jalan, yaitu:

1. Menundukan pandangan. Tidak boleh bagi orang yang duduk-duduk di tepi jalan untuk memandang sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh syari’at.

2. Meghilangkan aral. Tidak boleh bagi orang yang duduk-duduk di tepi jalan menggangu orang yang sedang lewat di jalan baik dengan perkataan ataupun perbuatan.

3. Menjawab salam. Jika seseorang memberikan salam kepada orang yang duduk-duduk maka hendaklah menjawab ”Wa’alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh.”

4. Memerintahkan kepada yang ma’ruf: Yaitu hendaklah orang yang duduk-duduk di tepi jalan memerintahkan kepada orang yang berjalan di jalan tersebut untuk mengamalkan yang baik, jika itu diperlukan.

5. Mencegah dari kemungkaran. Yaitu jika orang yang duduk-duduk di tepi jalan melihat seseorang melakukan perbuatan yang menyelisihi syari’at, maka dia harus menasehatinya dan mencegahnya dari perbuatan tersebut.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Seutama-utama manusia adalah orang yang meninggalkan duduk-duduk di tepi jalan.

2. Barang siapa yang duduk-duduk di tepi jalan, maka hendaklah menunaikan hak jalan, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas.

HADITS 5

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إلَى اْلبِرِّ وَإنَّ اْلبِرَّ يَهْدِ إلىَ الْجَنَّةِ, وَإنَّ الرَّجُلَ لَيَصدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيْقًا. وَإنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إلَى اْلفُجُوْرِ وَإنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِي إلَى النَّارِ, وَإنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابا ً ( رواه البخري و مسلم و أبو داود و الترمذي)

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud d, dari Nabi Muhammad , beliau bersabda:”Sesungguhnya kejujuran itu menunjukan pada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukan kepada surga. Dan bahwasannya seseorang yang senantiasa berkata jujur, akan dianggap sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya kebohongan menunjukan kepada kemaksiatan dan kemaksiatan menunjukan pada neraka. Dan seseorang yang terbiasa berkata bohong, maka ia akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta.” ( H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi ) Makna hadits: Kejujuran termasuk dari sifat-sifat yang terpuji, Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk senantiasa jujur di dalam kitab-Nya, Allah Yang Maha Tinggi telah berfirman: يأَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا اتَّقُوْالله وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ ( سورة التوبة 114 ) “Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah dan jadilah golongan orang-orang yang jujur”. ( Q.S. At Taubah : 114 ) Dan Rasulullah menganjurkan dan menerangkan keutamaan berbuat jujur didalam banyak hadits. Dalam hadits di atas, Nabi menerangkan pada kita bahwasanya kejujuran itu membuka pintu-pintu kebaikan bagi kaum muslimin yang akan memasukkan pelakunya kedalam surga. Sedangkan orang-orang yang senantiasa berlaku jujur dalam perkataanya dan perbuatannya, maka akan dicintai oleh Allah dan manusia. Lawan dari kejujuran adalah dusta yang Allah telah melarang kita darinya. Rasulullah juga telah melarang kita darinya. Sungguh dalam hadits ini Nabi telah menjelaskan kepada kita bahwa kedustaan akan menjerumuskan pelakunya kedalam maksiat yang akan memasukan pelakunya kedalam neraka. Sedangkan orang-orang yang terbiasa melakukan perbuatan dusta, maka dia akan digolongkan sebagai orang-orang pendusta dan termasuk yang berhak mendapat siksa dari Allah. Perbuatan dusta akan menjadikan pelakunya dibenci oleh Allah dan dibenci oleh makhluk-Nya. Maka hendaklah kita beriltizam dengan kejujuran dengan menjauhi perbuatan dusta agar mendapat ridha dari Allah dan dimasukkan ke dalam surga.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Senantiasa berbuat jujur di dalam perkataan maupun perbuatan.

2. Meninggalkan perbuatan dusta walaupun sedikit.

3. Balasan bagi perbuatan orang-orang yang jujur adalah surga dan balasan bagi orang-orang yang dusta adalah neraka.

HADITS 6

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِ بِطَرِيْقِ اشَّتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشَ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيْهَا وَشَرِبَ, ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْحَثُ يَأكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ : لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِيْ كَانَ بَلَغَ بِيْ, فَنَزَلَ الْبِئرَ فَمَلأَ خُفَّهُ ثُمَّ أمْسَكَهُ بِفِيْهِ فَسَقَى الْكَلْبَ, فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ. قَالُوْا يَارَسُوْلَ الله : وَإنَّ لَنَا فِيْ الْبَهَائِمِ أجْرًا ؟ فَقَالَ : فِيْ كُلِّ ذَاتٍ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أجْرٌ ( رواه البخري و مسلم )

Dari Abu Hurairah d, bahwasannya Nabi Muhammad beliau bersabda:”Pada suatu hari ada seorang laki-laki sedang dalam perjalanan. Di tengah jalan, dia mengalami haus yang amat sangat. Maka ketika dia menemukan sumur diapun kemudian turun kedalamnya. Kemudian ketika dia keluar, dia melihat seekor anjing bernafas dengan cepat sambil mengulurkan lidah, sambil menjilati pasir karena hausnya. Maka orang tadi berkata: “sungguh anjing ini telah mengalami haus sebagaiman rasa haus yang aku alami. “Kemudian dia turun kembali ke dalam sumur dan menggunakan sepatunya serta memegangnya dengan dengan mulutnya. Setelah keluar diberikan air tersebut kepada anjing tersebut. Maka Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya. “Kemudian para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah berbuat baik kepada binatang bagi kami ada pahalanya?”Maka Rasulullah j bersabda: “Pada setiap manusia dan hewan yang padanya ada ruh dan kehidupan terdapat pahala”. (H.R. Bukhari dan Muslim ) Makna dari hadits: Nabi Muhammad menceritakan sebuah kisah tentang seseorang yang tengah dalam perjalanan. Dia mengalami rasa haus yang teramat sangat. Kemudian dia menemukan sumur, lalu dia turun kedalamnya dan meminumnya. Ketika keluar darinya dia melihat seekor anjing menjilati pasir karena rasa hausnya yang teramat sangat. Maka dia merasa iba karena anjing tersebut mengalami haus yang teramat sangat seperti kejadian yang menimpanya. Kemudian dia turun kedalam sumur dan memenuhi sepatunya dengan air karena dia tidak mendapati sesuatu yang dapat digunakan untuk mengambil air. Kemudian dia menggigit sepatunya dengan mulut agar bisa keluar dari sumur, setelah keluar diberikannya air tersebut kepada anjing tadi. Maka Allah berterima kasih padanya dan mengampuni dosa-dosanya. Ketika para sahabat mendengar kisah tersebut, maka mereka bertanya: “Apakah berbuat baik kepada hewan ada pahalanya? Maka Nabi Muhammad menjawab, bahwasannya berbuat baik pada setiap manusia maupun hewan terdapat pahala dari Allah Yang Maha Mulia.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Pahala yang besar bagi siapa saja yang memberikan air bagi yang membutuhkan

2. Pahala dapat diperoleh dengan berbuat baik kepada manusia maupun hewan.

3. Pintu kebaikan sangatlah banyak, diantaranya memudahkan urusan kaum muslimin.

HADITS 7

عَنْ أبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” أيَةُ الْمُنَافِقِيْنَ ثَلاثٌ, إِذَا حَذَثَ كَذَبَ, وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ, وَإِذَائتُمِنَ خَانَ ( رواه البخري و مسلم )

Dari Abu Hurairah d dari Nabi Muhammad beliau bersabda:”Ciri-ciri orang munafik ada tiga macam: jika bicara dusta, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khianat. ( H.R Bukhari dan Muslim) Makna hadits: Nifaq termasuk sifat-sifat yang buruk. Nifaq terbagi menjadi dua: nifaq dalam keyakinan dan nifaq dalam amal. Adapun nifaq dalam keyakinan yaitu seseorang yang menampakan keIslamannya dan menyembunyikan kekafirannya, dan manusia seperti ini kekal didalam neraka sebagaimana telah datang dalam Al-Qur’an: إنَّ الْمُنَافِقِيْنَ فِيْ الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَلَهُمْ نَصِيْرًا ( سورة النساء 145 ) “Sesungguhnya orang-orang munafik berada di dasar neraka dan tidak ada bagi mereka seorang penolongpun”. (Q.S. An Nisa : 145 ) Adapun nifaq dalam hal amal adalah seperti yang telah disebutkan oleh Nabi Muhammad j dalam hadits ini, yaitu: Yang pertama, jika mengabarkan tentang perkara agama atau dunia maka ia berdusta. Yang kedua, jika ia berjanji pada seseorang dengan sesuatu pada waktu yang akan datang, ia tidak menepati janjinya dan tidak jujur dalam perkataannya. Yang ketiga jika diberi amanat berupa harta atau selainnya yang bukan haknya, maka dia mengambilnya untuk dirinya sendiri atau melalaikannya. Jika diberi amanat tentang rahasia justru mengabarkan rahasia tersebut kepada orang lain. Sifat-sifat ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama, akan tetapi merupakan sebab menuju kekafiran. Maka wajib bagi setiap muslim untuk menjauhinya dengan sejauh-jauhnya.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Nifaq merupakan salah satu dari sifat-sifat tercela yang wajib di hindari oleh setiap muslim.

2. Barang siapa yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan dalam hadits di atas maka dia tergolong munafiq amali.

3. Kadang-kadang pada diri seorang muslim terkumpul perangai iman dan perangai kefasiqan

HADITS 8

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ” قَالَ رَجُلٌ إنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبَهُ حَسَنًا, وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ إنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ. َالْكِبْرُ : بَطَرُ الْحَقَّ وَغَمْطُ النَّاسِ ( رواه و مسلم )

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud d, dari Nabi j beliau telah bersabda:“Tidak akan masuk Surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sekecil debu.” Kemudian seorang laki-laki berkata:”Bagaimana dengan yang menyukai pakaian yang bagus, sandal yang bagus?” Maka Nabi menjawab: “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” Makna hadits: Kemuliaan/kekuasaan dan kesombongan hanya milik Allah saja maka tidak berhak bagi seorangpun untuk bersekutu bersama Allah pada keduanya. Orang yang menyombongkan diri melihat dirinya lebih besar dan lebih mulia dari orang lain. Dan kesombongan yang paling besar dan paling buruk adalah sombongnya manusia terhadap Tuhannya. Yaitu dengan menolak kebenaran, enggan untuk tawadhu serta tidak taat pada Allah. Ketika seorang sahabat mendengar apa yang disampaikan oleh Rasulullah tentang kesombongan, maka dia bertanya:”Jika seseorang menyukai pakaian yang bagus dan sandal yang bagus, apa hal ini termasuk kesombongan?”. Maka Nabi Muhammad meluruskan tentang hal tersebut dan menjelaskan bahwa hal itu semua termasuk keindahan yang dicintai oleh Allah dan bukan termasuk kesombongan. Karena yang namanya sombong adalah meremehkan orang lain dan menolak kebenaran. Kita berlindung kepada Allah dari kesombongan.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Islam mengajarkan untuk tawadhu/rendah hati.

2. Menjauhi kesombongan walaupun sedikit/kecil.

3. Islam menganjurkan untuk bersih dalam hal badan dan pakaian.

HADITS 9

عَنْ أبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ َأحَقُّ النَّاسَ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ ؟ قَالَ ” أُمُّكَ, ثُمَّ مَنْ ؟ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ, قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ ثُمَّ أَبُوْكَ ( رواه البخري و مسلم )

Dari Abu Hurairah d, dia berkata:”Telah datang seorang laki-laki menemui Rasulullah dan bertanya:”Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk saya bermuamalah/pergauli dengan baik? “Maka Rasulullah j menjawab:”Ibumu”, “Dia bertanya lagi:”Kemudian siapa lagi? “Kemudian dijawab:”Ibumu”, “Kemudian bertanya lagi:”Lalu siapa lagi? Beliau menjawab:”Ibumu”. Orang tadi bertanya lagi:”Kemudian siapa? Dan dijawab:”Kemudian bapakmu.” Makna hadits: Bagi kedua orang tua mempunyai haq yang agung atas anak-anaknya. Karena kedua orang tua adalah wasilah keberadanya dalam kehidupan ini, mengajarinya dengan susah payah dan kecapaian dalam mendidiknya, melindunginya serta memeliharanya sejak anak-anak hingga dewasa. Allah telah menghubungkan hak-hak keduanya dengan hak-hak Allah sebagaimana dalam firman-Nya : وَقَضى رَبُّكَ ألا تَعْبُدُوْا إلا إيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ( سورة الإسراء 23 ) “Dan Tuhanmu telah menetapkan agar kamu sekalian hanya beribadah kepada Allah saja, dan terhadap kedua orang tua hendaklah berbuat baik” ( Surat Al-Isra’ : 23 ) Maka dari itu, ketika datang seorang laki-laki kepada Rasulullah dan bertanya tentang manusia yang paling berhak dipergauli dengan baik, maka Beliau menjawab dengan sabdanya: “Ibumu”, Beliau mengulangi hal itu sampai tiga kali untuk menegaskan bahwa hak ibu sangat besar sekali. Dan bersabda pada kali keempatnya. “Kemudian bapakmu.” ini menunjukan bahwa kedua orang tua mempunyai hak yang sangat besar atas anak-anaknya.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Manusia yang paling berhak diantara manusia untuk memperoleh kebaikan adalah ibu kemudian bapak.

2. Anjuran untuk berbuat baik kepada orang-orang yang dekat.

3. Berikan kepada setiap orang haknya. Dan memuliakannya sesuai dengan kedudukannya.

HADITS 10

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرُو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا , أَنَّهُ ذَبَحَ شَاةً. فَقَالَ : أَهْدَيْتُمُ لِجَارِيَ الْيَهُوْدِيُ ؟ فَإِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَازَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ إِنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ (رواه أبو داود )

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr d, bahwasanya Dia pernah menyembelih domba, maka Dia berkata kepada keluarganya: ”Apakah kamu sekalian telah memberikan daging kepada tetangga kita yang seorang Yahudi? Karena saya pernah mendengar Rasulullah j bersabda: “Jibril senantiasa menasehatiku tentang bertetangga, sampai-sampai Saya mengira bahwasannya tetangga berhak mendapatkan waris.” (H.R. Abu Dawud ) Makna hadits: ‘Abdullah bin ‘Amr mempunyai seorang tetangga Yahudi dan pada suatu hari ‘Abdullah bin ‘Amr menyembelih domba untuk keluarganya untuk dinikmati dagingnya. Ketika keluarganya mengambil daging, ‘Abdullah bin ‘Amr bertanya kepada mereka: “Apakah kamu sekalian telah memberikan sebagian daging kepada tetangga Yahudi, kita tahu bahwasannya Allah telah menjadikan hak yang besar untuk tetangga. Oleh karenanya, Allah mengutus malaikat Jibril -‘Alaihis Salam- kepada Nabi Muhammad j untuk menasehatinya agar memuliakan tetangganya dan menaruh perhatian padanya. Dan senantiasa Jibril terus menerus menasehati Nabi Muhammad agar mengokohkan baginya hak yang besar terhadap seorang tetangga. Sampai-sampai Nabi Muhammad mengira bahwasannya Jibril akan menasehati beliau bahwa tetangga tersebut mendapatkan sebagian harta dari tetangga lainnya yang meninggal. Seolah-olah dia termasuk kerabat dekatnya. Dan ini menunjukan bahwa hak seorang tetangga kepada tetangga lainya sangat besar, walaupun bukan muslim.

Mutiara Faedah Hadits:

1. Islam memberkati dan mengokohkan hak seorang tetangga....

2. Setiap tetangga mempunyai hak walaupun bukan muslim....

3. Hadiah merupakan sebab tumbuhnya kasih sayang diantara manusia..